HALONUSA.COM – Cerita ayah korban tewas erupsi Gunung Marapi, tak ada informasi status gunung hingga dipunggut biaya rumah sakit.
Erupsi Gunung Marapi menelan total korban jiwa 23 orang pendaki, 4 diantara korban adalah warga Pekanbaru, Riau.
Ayah korban Nazatra Adzin Mufadal, Azlil Huda bercerita terkait putranya berangkat ke Marapi melalui pendaftaran online. Anaknya sudah berulang kali mendaki ke gunung Marapi.
“Dia ceritakan kepada saya bahwa lewat pendaftaran online untuk pendakian Gunung Marapi. Itu dia bilang beberapa hari yang lalu sebelum berangkat hari Jumat bersama teman-temannya,” katanya saat dilansir Halonusa.com melalui YouTube KompasTV, Kamis, 7 Desember 2023.
Azlil menyebutkan, anaknya diminta untuk memandu adik-adik tingkatnya mendaki karena Nazatra sudah beberapa kali mendaki.
“Dia berangkat tujuh orang, tiga sudah selamat dan dirawat di rumah sakit Bukittinggi dan empat dinyatakan tidak selamat atau meninggal dunia termasuk salah satunya anak saya. Jadi tiga orang sudah dibawa ke Pekanbaru masuk anak saya salah satunya dan sudah dikebumikan,” katanya.
Azlil pun menyayangkan, bahwa saat ditanya terkait status Gunung Marapi kepada anaknya. Bahwa anaknya mengaku mendapat informasi status gunung baik-baik saja.
“Jadi karena saya juga pernah mendaki ke Gunung Marapi saya cuman berdoa saja semoga perjalanan mereka lancar tapi tidak ada informasi yang didapatkan soal status waspada level 2 dari anak saya atau dari teman-temannya dan saya juga tidak mengikuti perkembangan keadaan di sekitar Gunung Marapi,” katanya.
Azlil mengakui, pernah mendaki Gunung Marapi sekitar tahun 86, 87-an waktu dirinya masih muda dan soal status level 2 Gunung Marapi pada saat itu selalu diinformasikan.
“Kalau pengalaman saya mendaki di tahun era 80-an selalu diawasi BMKG. Apabila terjadi perubahan cuaca atau keadaan tidak memungkinkan segera ditutup posko keberangkatan pendakian,” katanya.
Lebih lanjut, kata Azlil, terakhir komunikasi dengan anaknya pada hari Sabtu sekitar pukul 17.00 Wib karena para pendaki biasanya naik Sabtu malam. Kemudian, pada pukul 21.00 Wib kembali menghubungi anaknya dan rupanya sudah jalan menuju puncak gunung.
“Saya tanya kabarnya, cuaca di sana. Katanya, baik-baik saja dan agak gerimis tapi tidak jadi halangan bagi pendaki untuk mendaki karena gerimis sedikit. Jadi anak saya mengatakan cuaca baik-baik saja dan tidak ada kendala,” katanya.
Azlil pun mengungkapkan, bahwa saat menjemput anaknya ke rumah sakit dipungut biaya sedetail-detailnya dan seluruh biaya dibebankan kepada pihak keluarga.
“Contohnya surat-surat keterangan dari rumah sakit Achmad Muchtar semua saya bayar. BPBD Riau juga berjanji menanggulangi tentang ambulans yang saya pakai ternyata sampai di Pekanbaru ditagih ke saya. Saya dipunggut biaya sebesar Rp2,9 juta,” katanya. (*)